Jumat, 20 Juli 2012

Budaya Korupsi di tingkat Lokal


Budaya Korupsi di tingkat Lokal
Pemimpin dan Korupsi Di tingkat Daerah hanya Menjadi Tontonan Publik.
Korupsi di daerah lokal Mayoritasnya Melibatkan pemimpin kepentingan rakyat seperti Bupati,Walikota ataupun Anggota DPRD selain itu adanya konspirasi di Lembaga Eksekutif dan Legislatif yang membuat “Kong Kalikong” yang sudah menjadi Budaya atau “Gaya Hidup” bagi para pejabat dan Politisi Daerah.
Kasus Mantan Bupati dan Wakil Bupati mojokerto merupakan implikasi pada budaya korupsi “berjamaah” di Tingkat daerah. Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, resmi menahan mantan Bupati Mojokerto Ahmadi dan wakilnya, Suwandi. Keduanya diduga menyelewengkan dana APBD milaran rupiah saat masih menjabat pada 2002-2007 dengan memerintahkan Dinas Pendapatan dan Pengeluaran Keuangan Anggaran Daerah (DPPKAD) mengeluarkan uang secara bertahap sebesar kurang lebih Rp 35 miliar. ( Kompas, 5/3/2012). Ahmadi berusaha mengelabuhi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan cara bekerjasama dengan E Suminto, yang saat itu masih Kasi Pelayanan Nasabah Bank Jatim Mojokerto, agar membuatkan rekening koran palsu. Dengan begitu yang bersangkutan berusaha menunjukkan seolah-olah pencairan uang tersebut tetap ada dan tidak dipakai (Surabaya Pagi 6/3/2012), Fenomena ini menjadi Komsumsi masyarakat dan berbagai media telah memberitakanya. Untuk kedepanya agar dapat mengambil Perspektif dasar . bahwa Pemimpin tidak jauh dari budaya Korupsi. Konspirasi antar berbagai pihak sudah menjadi suatu problematika lama yang sudah “menjamur” di Kehidupan berpolitik.
Pengawasan masyarakat sebagai program pencegahan timbulnya korupsi dan Pengendalian yang baik dari pemimpinya. Pemimpin yang jujur dan bersih saja tidak cukup untuk memberantas korupsi dalam masyarakat yang majemuk[1]. Moral merupakan hal utama yang harus di pikirkan dan di terapkan oleh pemimpin karena Aspirasi rakyatnya harus di utamakan dari pada Kepentingan Pribadinya. Saat ini yang terjadi malah kepentingan Partainya sendiri yang di utamakan sebagai “timbal - balik” karena mendukungnya dengan eksploitasi dana APBD.


[1] Habbodin, Muchtar, kekuasaan dan korupsi di tingkat lokal; jurnal Interaktif FISIP,UB 2011, hlm 15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar